Masa-masa
SMP merupakan masa-masa yang sangat berkesan bagi saya. Karena
Pada masa itu, saya memiliki seorang sahabat yang sangat mengerti saya baik
dalam keadaan senang dan sedih.
Sebenarnya, waktu saya kelas 1
sampai kelas 2 SMP, saya belum memiliki
seorang sahabat. Tapi, ketika saya naik ke kelas 3 SMP, saya sudah memiliki seorang sahabat. Waktu itu, saya
sedang duduk-duduk bersantai sambil bernyanyi. Tiba-tiba, dia menghampiri saya
dan langsung berkata.
“Kamu
suka Justin ?” tanya dia.
“Iya,
memangnya kenapa ?” Jawab saya.
“Aku juga
suka sama Justin !” Sambung dia.
“Berarti
kita berdua fansnya Justin dong ?” Sambung saya.
Nah, disitulah kami berdua mulai akrab. Setiap hari kami berdua selalu bercanda riang. Semakin hari kami semakin akrab. Setiap saya mempunyai masalah, psati dia orang pertama saya cari, begitupun dia. Setiap saya mempunyai masalah, baik itu masalah keluarga maupun masalah pribadi, pasti saya selalu menceritakan dengan dia. Nasihat yang dia berikan selalu membuat hati saya terasa tenang. Dia adalah tipe orang yang sangat dewasa. Oleh karena itu, saya merasa sangat beruntung memiliki sorang sahabat seperti dia.
Persahabatan kami berdua terjalin
hingga ke sma. Sebenarnya, sma yang dia pilih berbeda dengan sma yang saya
pilih. Tetapi, saya tidak mudah putus asa, setiap hari saya membujuknya untuk
lanjut di sma pilihan saya dan akhirnya dia setuju. Saat pengumuman di sma
tersebut, ternyata kami berdua lulus.
Hari pertama kami sekolah, kami
sangat senang karena kami berdua sudah lama menantikan saat-saat seperti itu. Persahatan kami berdua
pun terjalin dengan baik.
Beberapa bulan kemudian, dia
menceritakan kepada saya bahwa dia harus pindah sekolah. Dia akan pindah
sekolah karena ayahnya ditugaskan ke luar kota. Mau tidak mau,saya harus
menerima semuanya. Waktu itu, hatiku sangat hancur, begitupun dia. Setiap hari
saya selalu berfikir, apakah saya akan mendapatkan soerang sahabat seperti dia
lagi ?
Ketika dia pamit, saya tidak dapat
berkata apapun, hanya air mata yang menetes dipipi saya dan begitupun dia.
Kemudian, dia memeluk saya sambil berkata.
“Yakin
dan percayalah, kamu akan
mendapatkan sosok seperti saya lagi.”
Selang
beberapa menit kemudian, dia pun pergi.
Kini
hari-hariku terasa hampa sunyi tanpa sorang sahabat. Dan seketika itu saya tahu
apa arti seorang sahabat. Saya hanya bisa berharap agar mendapatkan seorang
sahabat seperti dia lagi. Dan sampai sekarang, saya belum menemukan sosok
seperti dia. Tapi, saya tidak akan
putus asa untuk mencari.
By: Nurmagfirah Mutmainna
Follow On Twitter: @MutmainnaIMha

Tidak ada komentar:
Posting Komentar